Pendahuluan
Tujuan kegiatan belajar sebagai berikut:
- Konsep Individu, kelompok dan masyarakat.
- Interakasi Sosial, pranata sosial dan struktur
sosial.
- Peran dan status individu dalam kehidupan
masyarakat.
Apa saja yang dipelajari dari
masyarakat?
- Individu: Hubungan-hubungan yang terdapat
didalamnya, seperti interaksi sosial, jaringan sosial, norma-norma dan
lain sebagainya.
- Kelompok: Bagaimana kelompok itu terbentuk.
- Masyarakat: Bagaimana suatu masyarakat itu dapat
dikatakan sebagai suatu kesatuan sosial budaya.
A.
Individu
Apa itu individu?
Individu berasal dari kata in-dividere yang
berarti tidak dapat dibagi-bagi (Gerungan, 1981) atau sebagai sebutan bagi
manusia yang berdiri sendiri, atau manusia perseorangan (Lysen, 1981). Individu
yang dimaksud adalah insan (manusia), Aristoteles berpendapat bahawa manusia
merupakan penjumlahan dari kemampuan tertentu yang masing-masing bekerja
sendiri seperti kemampuan-kemampuan Vegetatif (makan dan berkembang biak),
kemampuan Sensitif (bergerak, bernafsu, perasaan dan mengamati) dan kemampuan
Intelektif (kecerdasan).
Lain halnya degan pendapat Descartes, bahwa manusia terdiri atas zat rohaniah ditambah zat
materil. Akan tetapi, Willhem Wuntt menegaskan
bahwa jiwa manusia
itu materil merupakan suatu kesatuan jiwa raga yang berkegiatan sebagai
keseluruhan. Individu dalam hal ini merupakan konsep sosiologi yang berarti
bahwa konsep individu tidak boleh diartikan sama dengan konsep sosial. Individu
itu memiliki arti yang agak belainan. Jika dalam kehidupan sehari-hari individu
menunjuk pada pribadi orang, sedangkan dalam Sosiologi individu menunjuk pada subjek yang melakukan
sesuatu, yang mempunyai pikiran, yang mempunyai kehendak, kebebasan, memberi
arti (meaning) pada sesuatu, yang mampu menilai tindakan dan hasil tindakannya
sendiri.
Dengan kata lain, individu adalah subjek yang bertindak (aktor), subjek yang melakukan
sesuatu hal, subjek yang memiliki pikiran, subjek yang memiliki keinginan,
subjek yang memiliki kebebasan dan subjek yang memberi arti (meaning). Pada pengertian idividu sebagai konsep sosiologi,
pengertian subjek menunjuk pada semua keadaan yang berhubungan dengan dunia
internal manusia. Sedangkan konsep Objek
tidak teralu berbeda jauh artinya dari yang diartikan dalam ilmu-ilmu
alam, seperti batu, air dan semua benda umumnya. Secara biologis,
pengaruh gen yang diwariskan orang tuanya atau bahkan leluhur sebelumnya sangat
mempengaruhi kelahiran individu. Untuk melahirkan individu yang normal, selain
dipengaruhi oleh gen juga sangat tergantung pada kondisi yang sehat di tempat
calon individu itu dilahirkan. Kondisi sehat yang dimaksud adalah kondisi pranatalis
di dalam rahim ibu.
Pertumbuhan
dan perkembangan individu selanjutnya sangat dipengaruhi oleh berbagai masukan
dari lingkungan sekitarnya. Salah satu lingkungan yang sehat adalah lingkungan
pendidikan, melalui pendidikan individu dapat terbina dan terlatih potensinya.
Nursid Sumaatmadja (1998) menyatakan bahwa “Kepribadian
merupakan keseluruhan prilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara
potensi-potensi bio-psiko-fisikal yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian
situasi lingkungan yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi
mental-psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan”.
Pada
hakikatnya manusia adalah mahluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari
hubungan dengan sesama manusialain di dalam mejalani kehidupan.
Freedman (1962 : 112)
menyatakan bahwa manusia merupakan mahluk yang tidak dilahirkan dengan
kecakapan untuk “immadiate adaptation to environment” atau kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan segera terhadap lingkungan. Naluri manusia untuk
selalu brhubungan dengan sesamanya ini dilandasi oleh alasan-alasan sebagai
berikut:
- Keinginan
manusia untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya
(masyarakat).
- Keinginan
untuk menjadi satu dengan alam sekelilingnya.
- Naluri
manusia untuk selalu hidup dengan yang lainnya disebut sebagai “gregariousness”.
B. Kelompok Sosial
Lahirnya
kelompok sosial disebabkan oleh kebutuhan manusia untuk berhubungan, tapi tidak
semua hubungan tersebut dapat dikatakan sebagai kelompok sosial.
Soerjono Soekanto (1982
: 111) mengemukakan beberapa persyaratan terbentuknya kelompok sosial, yaitu :
- Adanya
kesadaran dari anggota kelompok tersebut bahwa ia merupakan bagian dari
kelompok yang bersangkutan.
- Adanya
hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan lainnya dalam
kelompok.
- Adanya
suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok yang bersangkutan
yang merupakan unsur pengikat atau pemersatu. Faktor tersebut dapat berupa
nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama ataupun ideologi
yang sama.
- Berstruktur,
berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
Mac Iver (1961
: 213) Kelompok
sosial adalah : “Kelompok sosial terbentuk melalui proses interaksi dan
sosialisasi, dimana manusia berhimpun dan bersatu dalam kehidupan bersama
berdasarkan hubungan timbal balik, saling mempengaruhi dan memiliki kebersamaan
untuk tolong menolong”.
Proses
yang berlangsung dalam kelompok sosial adalah “proses sosialisasi”. Buhler (1968 : 172) menyatakan bahwa
proses sosialisasi adalah “Proses yang membantu individu dalam kelompok
melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup dan berfikir
kelompoknya agar ia dapat berperan serta berfungsi bagi kelompoknya”.
Berdasarkan pengalaman
dalam kelompok, manusia mempunyai sistem tingkah laku (behavior system)
yang dipengaruhi oleh watak pribadinya. Sistem prilaku ini yang akan membentuk
suatu sikap (attitude).
1.
Klasifikasi tipe-tipe Kelompok Sosial.
Mac Iver dan Page (1957 : 213) menggolongkan kelompok
sosial dalam beberapa kriteria , yaitu :
— Derajat
interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok tersebut.
— Besar kecil
anggota kelompok tersebut.
— Sistem ide
(ideologi) yang ada di dalam kelompok tersebut.
— Kepentingan atau
tujuan kelompok tersebut.
— Wilayah
geografis.
Simmel dalam Systematic Society mendasarkan
pengelompokannya pada :
— Besar kecilnya
jumlah anggota kelompok.
— Cara individu
dipengaruhi kelompoknya atau individu mempengaruhi kelompok.
— Interaksi sosial
yang terjadi dalam kelompok tersebut.
Simmel memulainya dengan bentuk terkecil yang terdiri dari
satu orang individu sebagai fokus hubungan sosial yang dinamakan “monad”,
lalu dua individu yang dinamakan “dyad” dan tiga individu yang dinamakan
“triad”. Dan ukuran lain dari klasifikasi kelompok sosial itu berdasarkan
tingkat interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok tersebut.
2.
Kelompok Sosial dipandang dari sudut
pandang Individu.
Pembagian kelompok
sosial dari sudut pandang individu dapat dilihat dari :
— Keterlibatan
individu dalam kelompok tersebut.
— Keanggotaan
individu tidak selalu bersifat sukarela, tapi bisa bersifat wajib.
— Kelompok Sosial
juga bisa didasari oleh kekerabatan, usia, sex (gender), pekerjaan dan status
sosial.
3. In Group dan Out Group.
Menurut Polak (1966 : 166) Konsep In Group dan
Out Group adalah “Cerminan dari adanya kencenderungan sifat
“entnocentris” dari individu-individu dalam proses sosialisasi sehubungan
dengan keanggotaannya pada kelompok-kelompok sosial tersebut. Sikap dalam
menilai kebudayaan lain dengan menggunakan ukuran-ukuran sendiri”. Sikap
mempercayai sesuatu ini yang disebut dengan “beliefs” yang diajarkan
kepada anggota kelompok melalui proses sosialisasi, baik secara sadar atau
tidak sadar.
Menurut Soerjono Soekanto (1984 : 120), sikap In Group biasanya didasari oleh
perasaan simpati. Dalam In Group sering kali digunakan Stereotypen, yaitu
gambaran-gambaran atau anggapan-anggapan yang bersifat mengejek terhadap
suatu objek diluar kelompoknya. Out
Group didasari oleh suatu
kelainan dengan wujud antipati.
4.
Primary Group dan Secondary Group.
- Primary Group
Charles Horton Cooley dalam Social
Organization menyatakan “Bahwa terdapat perbedaan yang luas dan mendasar
dalam klasifikasi kelompok-kelompok sosial yang menyangkut perbedaan antar
kelompok”.
Devinisi Primary Group :
Cooley adalah kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri
kenal-mengenal antara anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi.
Selo Soemarjan & Soemardi (1964 : 604) dalam buku “Setangkai
Bunga Sosiologi” menyatakan “Primary group merupakan kelompok kecil yang
permanen berdasarkan saling mengenal secara pribadi diantara anggotanya”.
Davis (1960 : 290) mengemukakan ciri-ciri khusus dari
primary group sebagai berikut :
a.
Kondisi Fisik.
Cirinya
adalah sifat kenal mengenal, kedekatan secara fisik dan emosional, adanya norma
yang mengatur hubungan antara anggota-anggota dalam kelompok tersebut, dan
kelompoknya biasanya kecil (anggotanya sedikit).
b. Sifat hubungan primer.
Bersifat
kesamaan tujuan dari individu-individu dalam kelompok tersebut. Tujuan tersebut
bersifat pribadi, spontan sentimental dan inklusif. Soekanto (1982 : 124) menyatakan bahwa sifat Inklusif
adalah “Hubungan primer yang bersifat pribadi, mengandung arti hubungan
tersebut melekat secara inheren pada kepribadian seseorang yang tidak mungkin
digantikan oleh orang lain”.
Hubungan
Inklusif didasarkan atas kesukarelaan
dari pihak-pihak yang mengadakan hubungan tersebut. Sifat Inklusif juga berarti
bahwa hubungan primer menyangkut segala sesuatu tentang perasaan, kepribadian
dan tempramen.
c. Kelompok-kelompok
yang konkret dan hubungan primer.
Dalam
kenyataan tidak ada primary group yang memenuhi hubungan ini secara sempurna.
Hubungan primer yang masih murni biasanya terdapat pada masyarakat-masyarakat
yang masih sederhana organisasinya, misalnya pada masyarakat pedesaan.
- Secondary Group.
Rouceck &
Warren (1962 : 46) dalam “Sociology an Introduction”
, membatasi pengertian secondary group sebagai kelompok-kelompok besar
yang terdiri dari banyak orang dan diantara individu itu tidak perlu saling
mengenal secara pribadi dan sifatnya tidak langgeng.
Perbedaan antara Primary Group & Secondary Group
terdapat pada :
— Hubungan-hubungan
atau interaksi sosial yang membentuk struktur kelompok sosial yang bersangkutan.
Contohnya adalah bangsa, bangsa menunjukkan struktur hubungan yang kurang
harmonis antara anggotanya (rakyat dan pemerintah).
— Jika terdapat
perselisihan diantara anggota kelompok primary group cenderung
diselesaikan secara kekeluargaan, tetapi pada Secondary group maka norma
hukum merupakan unsur pemaksa untuk menyelesaikan suatu perselisihan diantara
anggota kelompok tersebut.
5. Gemeinschaft dan Gesselschaft
Tonnies & Loomis (1960 : 82)
Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari
hubungan tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan,
bentuk utamanya dapat dijumpai dalam keluarga, kekerabatan, dan lain-lain.
Gesselschaft adalah berupa ikatan pokok untuk
jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis.
Gesselschaft berbentuk hubungan perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik,
seperti ikatan perdagangan.
Ciri Gemeinschaft menurut Tonnies :
— Intimate :
Yaitu hubungan menyeluruh yang mesra.
— Private : Yaitu hubungan yang
bersifat pribadi khusus untuk beberapa orang saja.
—
Exclusive : Yaitu bahwa hubungan yang terjadi hanya
untuk “kita” saja dan tidak untuk orang-orang diluar “kita”.
3 Tipe Gemeinschaft menurut Tonnies :
Gemeinschaft by blood :
Ikatan yang berdasarkan pada keturunan darah, contoh keluarga.
Gemeinschaft of place : Ikatan yang
berdasarkan kedekatan tempat tinggal, contoh tetangga.
Gemeinschaft of mind
: Ikatan yang
mendasarkan diri pada jiwa dan pikiran yang sama berdasarkan persamaan
ideologi.
Soekanto (1982 : 129)
Gemeinschaft dan
Gesselschaft adalah penyesuaian dari dua bentuk
kemauan asasi manusia yang dinamakan wessenwile dan kurwile. Wessenwile merupakan bentuk
kemauan yang dikodratkan dengan dasar perasaan dan akal yang merupakan kesatuan
dan terikat pada kesatuan hidup yang alamiah dan organis. Sedangkan kurwile adalah bentuk kemauan yang
ditujukan pada tujuan-tujuan tertentu yang sifatnya rasional, dimana unsur
lainnya bersifat sebagai alat.
Max Weber
Gemeinschaft dan Gesselschaft
dinyatakan sebagai “Ideal Typus” yang dalam kehidupan kesehariannya
masyarakat menunjukkannya dalam bentuk campuran antara Gemeinschaft dan Gesselschaft.
6. Formal Group &
Informal Group
Formal Group merupakan kelompok-kelompok yang
mempunyai peraturan-peraturan tegas yang sengaja diciptakan untuk mengatur
hubungan diantara anggotanya. Formal
Group bisa dikatakan sebagai association
diamana anggotanya mempunyai kedudukan yang disertai dengan pembagian tugas
& wewenang. Kriteria rumusan formal grup
adalah merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan dan
mengkoordinasikan usaha-usaha yang ditujukan untuk mencapai tujuan berdasarkan
bagian-bagian organisasi yang bersifat spesialisasi. Artinya formal grup adalah suatu kelompok yang memiliki
peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh
angota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara angota-anggotanya.
Contohnya adalah Himpunan Mahasiswa dll.
Informal grup adalah suatu kelompok yang terjadi karena kesamaan
yang sifatnya tidak mengikat anggotanya serta tidak memiliki struktur dan
organisasi yang pasti. Informal
Group terbentuk
biasanya oleh intensitas pertemuan yang sering antara orang-orang yang mempertahankan
kepentingan dan pengalaman bersama. Contoh Klik (clique).
7. Kelompok-Kelompok
Sosial yang Tidak Teratur.
Kelompok sosial yang tidak teratur dapat digolongkan ke dalam 2 golongan
besar yaitu kerumunan dan publik.
A.
Kerumunan
Kerumunan
adalah suatu kelompok manusia yang bersifat sementara,
tidak terorganisir dan tidak mempunyai seorang pimpinan serta tidak mempunyai
sistem pembagian kerja.
Ciri-ciri kerumunan:
1.
Interaksinya
bersifat spontan.
2.
Orang-orang yang
berkumpul mempunyai kedudukan yang sama.
Contohnya adalah kerumunan
orang di stasiun, pasar dan lain-lain.
Ada beberapa macam kerumunan:
1.
Kerumunan formal
yaitu kerumunan yang memiliki pusat perhatian dan tujuan, biasanya bersifat
pasif. Contohnya yang menonton film di bioskop, orang yang menghadiri pengajian
dan lain-lain.
2.
Kerumunan ekspresif
contohnya kerumunan orang yang menghadiri pesta.
3.
Kerumunan
sementara, bersifat kurang menyenangkan contohnya pengantri karcis.
4.
Kerumunan
orang panik (panic crowds).
5.
Kerumunan
penonton (spectator crowds).
6.
Kerumunan
yang berlawanan dengan hukum (lawless crowds).
a)
Acting mobs, kumpulan orang yang bertindak emosional dalam demonstrasi
atau unjuk rasa.
b)
Immoral mobs, kumpulan orang yang mabuk-mabukan.
B.
Publik
Publik
adalah merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan.
Interaksi yang terjadi berlangsung melalui alat-alat komunikasi pendukung,
seperti pembicaraan berantai secara individual, media massa maupun kelompok.
Setiap aksi publik
dipengaruhi oleh keinginan individu, jadi tingkah laku pribadi dari publik pun
didasari oleh tingkah laku individu atau prilaku individu.
8. Masyarakat Pedesaan
(Rural Community) dan Masyarakat Perkotaan (Urban Community).
a.
Masayarakat Pedesaan
Dalam masyarakat
pedesaan hubungan yang terjadi antara anggota masyarakat terjalin dengan erat,
mendalam dengan sistem kehidupan berkelompok. Pekerjaan inti masyarakat
pedesaan terkonsentrasi pada satu sektor yaitu pertanian. Masyarakat pedesaan (Rural community) dan
Masyarakat perkotaan (urban community).
Ciri-ciri masyarakat pedesaan dan perkotaan menurut Soekanto (1982:149).
Masyarakat Pedesaan :
— Hubungan yang erat
diantara masyarakatnya.
— Biasanya kehidupannya masih sederhana dan memilii
pekerjaan yang sama.
b.
Masyarakat Perkotaan.
Masyarakat
perkotaan pekerjaannya beraneka macam dan tidak terkonsentrasi kepada satu
aspek pekerjaan. Pada masyarakat perkotaan sifat-sifat dan ciri-ciri kehidupan
yang berbeda dengan masyarakat pedesaan, antara lain perbedaan dalam menilai
keperluan hidup.
Soerjono Soekanto (1982:149) mengemukakan beberapa
ciri lain yang membedakan antara masyarakat Pedesaan dan Perkotaan, yaitu :
1.
Kehidupan keagamaan.
Masyarakat pedesaan
mengarah kepada kehidupan yang agamis, sedangkan masyarakat perkotaan mengarah
kepada kehidupan duniawi. Hal ini dilandasi oleh cara berfikir yang berbeda.
2.
Kemandirian
Hal terpenting bagi
masyarakat perkotaan adalah individu sebagai perseorangan yang memiliki peran
serta status dalam masyarakatnya. Pada masyarakat pedesaan individu tidak
berani menunjukkan eksistensinya dan kurang berani untuk menghadapi orang lain
dengan latar belakang yang berbeda.
3.
Pembagian kerja
Pada masyarakat
perkotaan pembagian kerja lebih tegas dan jelas, sehingga mempunyai batas-batas
yang nyata. Pada masyarakat pedesan adalah kebalikannya.
4.
Peluang memperoleh pekerjaan
Dengan adanya sistem
pembagian kerja yang tegas maka kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih
banyak pada masyarakat perkotaan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal
ini juga dilihat dari faktor tingkat pendidikan.
5.
Jalan pikiran
Pola pikir rasional
pada masyarakat perkotaan memungkinkan terjadinya interaksi berlandaskan
kepentingan bukan faktor pribadi.
6.
Jalan Kehidupan
Jalan kehidupan yang
cepat (roda kehidupan yang cepat) bagi warga kota menempatkan
dihargainya/pentingnya faktor waktu dalam mengejar kehidupan individu.
7.
Perubahan Sosial
Pada masyarakat kota
kemungkinan perubahan sosial lebih baerguna dibanding warga desa karena mereka
lebih terbuka bagi adanya perubahan.
C.
Masyarakat
Pendahuluan
Apa saja yang dipelajari dari masyarakat?
A.
Individu:
Hubungan-hubungan yang terdapat didalamnya, seperti interaksi sosial, jaringan
sosial, norma-norma dan lain sebagainya.
B.
Masyarakat:
Bagaimana suatu masyarakat itu dapat dikatakan sebagai suatu kesatuan sosial
budaya
Apa itu masyarakat?
Masyarakat
adalah “Sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama untuk secara
bersama-sama mengelola kehidupan”, Selo
Soemardjan. Masyarakat menurut
Smith, Stanley & Shores adalah
sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berpikir
tentang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. Pengertian ini
mengandung 2 hal, yaitu “masyarakat itu kelompok yang terorganisasi” dan
“masyarakat itu kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri”. Znaniecki (1950:145), masyarakat
adalah suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat
tinggal pada suatu daerah geografis tertetu, selama periode tertentu dari suatu
generasi.
Znaniecki
memunculkan unsur baru dari dalam pengertian masyarakat, yaitu “masyarakat
itu kelompok yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu dalam
lingkungan geografis tertentu dan kelompok itu merupakan suatu sistem
biofisik”. Talcott Parson,
masyarakat adalah “suatu sistem sosial, dimana semua funsi prasyarat yang
bersumber dan dalam dirinya sendiri bertemu secara tetap”. Sistem sosial
yang dimaksud adalah terdiri dari pluralitas prilaku-prilaku perseorangan yang
berinteraksi satu sama lain dalam suatu lingkungan fisik.
Koentjaraningrat (1990 : 146),
masyarakat adalah “kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus-menerus dan terikat oleh
suatu rasa identitas bersama”.
Ciri masyarakat menurut
Anderson & Parker :
— Manusia yang hidup bersama.
— Tinggal dalam suatu daerah tertentu.
— Dalam jangka waktu yang lama.
— Memiliki tujuan bersama.
— Terikat dikarenakan suatu kepentingan bersama.
— Sadar akan interdependensi.
W.F. Connell (1972 : 68-69), menyimpulkan bahwa
masyarakat adalah :
1. Suatu kelompok orang
yang berpikir diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi,
sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam
rentang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis
tertentu;
2. Kelompok orang
mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun temurun dan
mensosialisasikan anggota-anggotanya melalui pendidikan;
3.
Suatu kelompok orang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang
memikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keseluruhan.
Ralph Linton dalam bukunya yang berjudul Study of Man
mendefinisikan masyarakat adalah “Setiap kelompok manusia yang telah cukup
lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya
dan berpikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas
tertentu”.
Paul B. Horton, masyarakat adalah “Sekumpulan
manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang
mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan
sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu”.
Ciri-ciri pokok dari masyarakat :
- Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya
terdiri atas 2 orang.
- Bercampur
atau bergaul bergaul dalam waktu yang cukup lama. Berkumpulnya manusia
akan menimbulkan manusia-manusia baru sebagai akibat hidup bersama itu,
timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
antar manusia.
- Sadar
bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
- Merupakan
suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan
kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.
- Melakukan
sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
Unsur-unsur terbentuknya suatu masyarakat
- Terdapat
sekumpulan orang.
- Berdiam
atau bermukim disuatu wilayah dalam waktu yang relatif sama atau waktu
yang lebih lama.
- Perekrutan
seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran.
- Kesetiaan
pada suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama.
- Adanya
sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
- Akibat
hidup bersama dalam jangka waktu yang lama menghasilkan kebudayaan berupa
sistem nilai,sistem ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
—
Suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai comunnity
apabila memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
1.
Adanya
beberapa rumah atau rumah tangga yang terkonsentrasi disuatu wilayah geografis
tertentu.
2.
Warganya
mempunyai taraf interaksi sosial yang terintegrasikan.
3.
Adanya
rasa kebersamaan, yang tidak perlu didasarkan pada adanya hubungan kekerabatan.
Unsur-unsur dalam sistem sosial sebagai berikut :
1.
Kepercayaan dan pengetahuan. Unsur
kepercayaan dan pengetahuan merupakan unsur yang paling penting dalam sosial,
karena perilaku anggota dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh apa yang
mereka yakini dan apa yang mereka ketahui tentang kebenarannya, sistem religi,
dan cara-cara penyembahan kepada sang pencipta alam semesta.
2.
Perasaan. Perasaan adalah keadaan jiwa manusia
yang berkenaan dengan situasi alam sekitarnya termasuk didalamnya sesama
manusia. Perasaan terbentuk melalui hubungan yang menghasilkan situasi kejiwaan
tertentu yang bila sampai tingkat tertentu harus dikuasai tidak terjadi
ketegangan jiwa yang berlebihan.
3.
Tujuan. Sebagai mahluk sosial, dalam setiap
tindakannya manusia mempunyai tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tujuan itu
sendiri adalah suatu hasil akhir atas suatu tindakan & perilaku seseorang
yang harus dicapai baik melalui perubahan-perubahan maupun dengan cara
mempertahankan suatu keadaan yang sudah mantap.
4.
Kedudukan (status) & Peran (role). Kedudukan
adalah posisi seseorang secata umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang
lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasi, hak-hak, serta kewajibannya.
Sedangkan peran (role) adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai
dengan kedudukannya. Kedudukan menentukan apa yang harus diperbuatnya bagi
masyarakat dan tidak harus memiliki hierarki.
5.
Kaidah atau norma. Norma adalah
pedoman-pedoman tentang perilaku yang
diharapkan atau pantas menurut kelompok atau masyarakat.
6.
Tingkat/pangkat. Pangkat berkaitan dengan posisi
atau kedudukan dan peanan seseorang dalam masyarakat.
7.
Kekuasaan. Kekuasaan adalah setiap kemampuan untuk
mempengaruhi pihak-pihak lainnya.
8.
Sanksi. Sanksi adalah suatu bentuk
imbalan/balasan yang diberikan terhadap seseorang atas perilakunya. Sanksi
dapat berubah hadiah & daoat pula berupa hukuman. Sanksi dberikan atau
ditetapkan oleh masyarakat untuk menjaga tingkah laku para masyarakat supaya
sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
9.
Fasilitas (sarana). Fasilitas
adalah semua bentuk cara, jalan metode, benda-benda yang digunakan manusia
untuk menciptakan tujuan sistem sosial itu sendiri.
Dinamika
masyarakat adalah “Proses sosial dan perubahan sosial”.
Masyarakat secara garis
besar menyangkut 3 aspek, yaitu :
1.
Struktur Sosial. Keseluruhan jalinan antara
unsur-unsur sosial yang pokok, seperti kaidah-kaidah sosial (norma sosial),
lembaga sosial, kelompok sosial dan lapisan sosial (pranata sosial).
2.
Proses Sosial. Pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan bersama.
3.
Perubahan Sosial. Perubahan dalam struktur sosial
dan jalinan hubungan dalam masyarakat.
Masyarakat
terbentuk karena adanya individu-individu, demikian pula dengan individu dapat
mengaktualisasikan & bersosialisasi sebagai mahluk sosial.
3 pandangan mengenai masyarakat & individu :
1.
Masyarakat
menentukan individu.
2.
Individu
yang menentukan masyarakat.
3.
Individu
& masyarakat saling menentukan.
Hubungan individu & masyarakat dilihat dari
konsep organisme menurut Herbert Spencer (1985 : 70).
1.
Masyarakat
maupun organisme hidup sama-sama mengalami pertumbuhan.
2.
Pertambahan
dalam ukuran ini akan merubah struktur tubuh (social body) maupun tubuh
organisme hidup (living body) yang mengalami pertumbuhan juga.
3.
Tiap
bagian yang tumbuh dalam tubuh organisme biologis maupun organisme sosial
memiliki fungsi & tujuan tertentu.
4.
Baik
dalam sistem organisme maupun sistem sosial, perubahan pada suatu bagian akan
mengakibatkan perubahan pada bagian lain & pada akhirnya di dalam sistem
secara keseluruhan.
- Bagian-bagian
tersebut walau saling berkaitan, merupakan suatu struktur mikro yang dapat
dipelajari secara terpisah.
Sedangkan menurut paham individualistis,
hubungan individu & masyarakat menyatakan bahwa dalam kehidupan seorang
individu, kepentingan & kebutuhan individu lebih penting dari pada
kebutuhan & kepentingan masyarakat. Individu yang menentukan corak
masyarakat yang diinginkan. Paham individualistis juga disebut atomisme. Atomisme berpendapat bahwa
hubungan antara individu itu seperti hubungan atom-atom yang membentuk
molekul.
J.J. Rousseau (1712-1778),
dalam bukunya yang berjudul “Kontrak
Sosial” menjelaskan paham liberalisme & individualisme dalam
suatu kalimat yang terkenal :
“Manusia itu dilahirkan
merdeka, tetapi dimana-mana dibelenggu”.
Paham yang memandang
hubungan antara individu & masyarakat dari segi interaksi disebut juga
dengan “totalisme”. Paham totalisme berpijak pada masyarakat,
sebaliknya paham individualisme mengedepankan kepentingan individu. Totalisme
mengabaikan peanan individu dalam masyarakat, sebaliknya paham individualisme
mengabaikan peranan masyarakat dalam kehidupan individu. Hubungan individu
dalam masyarakat, yaitu bahwa hidup bermasyarakat adalah ciptaan & usaha
manusia sendiri. Manusia berkeluarga, lalu berkelompok.